Kamis, 02 September 2010

Laa Taqribuu Zina (Jangan dekati Zina)

Bahaya Zina



Melihat bahwa bahaya yang ditimbulkan oleh zina merupakan bahaya yang tergolong besar, disamping juga bertentangan dengan aturan universal yang diberlakukan untuk menjaga kejelasan nasab (keturunan), menjaga kesucian dan kehormatan diri, juga mewaspadai hal hal yang menimbulkan permusuhan serta perasaan benci diantara manusia, disebabkan pengrusakan terhadap kehormatan istri, putri, saudara perempuan dan ibu mereka, yang ini semua jelas akan merusak tatanan kehidupan.




Melihat hal itu semua, pantaslah bahaya zina itu – bobotnya – setingkat dibawah pembunuhan. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala

menggandeng keduanya di dalam Al Qur’an, juga Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam dalam keterangan hadits beliau.

Al Imam Ahmad berkata : “Aku tidak mengetahui sebuah dosa – setelah dosa membunuh jiwa – yang lebih besar dari dosa zina.”




Dan Allah menegaskan pengharamannya dalam firmanNya :

“Dan orang orang yang tidak menyembah Tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya ) kecuali dengan ( alasan ) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat ( pembalasan ) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam kaedaan terhina kecuali orang orang yang bertaubat ” ( QS. Al Furqon, 68 –70 ).




Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandengkan zina dengan syirik dan membunuh jiwa, dan vonis hukumannya adalah kekal dalam azab yang berat yang dilipat gandakan, selama pelakunya tidak menetralisir hal tersebut dengan cara bertaubat, beriman dan

beramal shaleh.




Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji ( fahisyah ) dan suatu jalan yang buruk.” ( QS. Al Isra’, 32 ).




Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang kejinya zina, karena kata “fahisyah” maknanya adalah perbuatan keji atau kotor yang sudah mencapai tingkat yang tinggi dan diakui kekejiannya oleh setiap orang yang berakal, bahkan oleh sebagian banyak binatang.




Sebagaimana disebutkan oleh Imam Bukhori dalam kitab shohehnya, dari Ami bin Maimun Al Audi, ia berkata : “Aku pernah melihat – pada

masa jahiliyah – seekor kera jantan yang berzina dengan seekor kera betina, lalu datanglah kawanan kera mengerumuni mereka berdua dan

melempari keduanya sampai mati.”




Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberitahukan bahwa zina adalah seburuk buruk jalan, karena merupakan jalan kebinasaan, kehancuran dan kehinaan di dunia, siksaan dan azab di akhirat.




Dan karena menikahi mantan istri istri ayah itu termasuk perbuatan yang sangat jelak sekali, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala secara husus memberikan “cela” tambahan bagi orang yang melakukannya.




Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ( setelah secara tegas melarang kaum muslimin untuk menikahi istri istri ayah mereka, pent.) :

“Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk buruk jalan ( yang ditempuh ).” ( QS. An Nisa’, 22 ).




Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menggantungkan keberuntungan seorang hamba pada kemampuannya dalam menjaga kehormatannya, tidak ada jalan menuju keberuntungan tanpa menjaga kehormatan.

Benih-Benih Kebaikan

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
“Mencari ilmu adalah benih keimanan. Jika keimanan bertemu dengan pencarian ilmu tadi maka akan membuahkan amalan sholih.

Berbaik sangka kepada Alloh adalah benih perasaan butuh kepada-Nya. Jika keduanya bertemu akan membuahkan terkabulnya do’a.

Rasa takut adalah benih kecintaan. Jika keduanya bertemu akan mewariskan kepemimpinan dalam agama. Alloh ta’ala berfirman:
“Dan Kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” QS. As-Sajdah ; 24

Benarnya sikap mencontoh Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam merupakan benih keikhlasan. Jika keduanya bertemu akan membuahkan diterima dan diperhitungkannya amalan.

Amal adalah benih ilmu. Jika keduanya bertemu maka akan terwujud kemenangan dan kebahagiaan. Jika terpisah satu dengan yang lainnya tidak akan memberi manfaat apa-apa.

Kelembutan adalah benih ilmu. Jika keduanya bertemu maka akan diraih kepemimpinan di dunia dan di akhirat, dan akan terwujud pemanfaatan lmu dari orang ‘alim. Jika salah satu terpisah dari yang lainnya maka akan hilang manfaat dan pemanfaatan ilmu tersebut.

Kesungguhan adalah benih ilmu. Jika keduanya bertemu maka pemiliknya akan meraih kebaikan dunia dan akhirat, dan akan mencapai puncak tertinggi dari setiap posisi yang mulia. Maka tertinggalnya seseorang dari kesempurnaan-kesempurnaan tadi bisa jadi karena tidak adanya ilmu, bisa jadi pula karena tidak adanya kesungguhan.

Niat yang baik merupakan benih sehatnya akal. Jika tidak ada niat yang baik maka hilang seluruh kebaikan. Jika keduanya (niat yang baik dan akal yang sehat) bertemu maka akan diraih kemenangan dan bagian yang banyak. Jika tidak ada maka yang didapatkan adalah kehinaan dan kerugian.

Jika didapati suatu kecerdasan tanpa adanya keberanian, maka hal itu merupakan sifat penakut dan kelemahan. Jika ada keberanian tanpa didukung dengan kecerdasan maka yang ada kekacauan dan kerusakan.

Kesabaran adalah benih ilmu. Jika keduanya bertemu maka seluruh kebaikan pada pertemuan keduanya.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Jika engkau ingin melihat orang yang berilmu tetapi tidak punya kesabaran maka lihatlah dia. Dan jika engkau ingin melihat orang yang sabar tetapi tidak punya ilmumaka lihatlah dia. Dan jika engkau melihat orang yang sabar dan berilmu, itulah orang yang berbahagia.”

Nasehat adalah benih bagi akal. Semakin kuat nasehat maka akal semakin kuat dan bercahaya.

Mengingat dan berfikir keduanya merupakan benih bagi yang lainnya. Jika keduanya bertemu maka akan melahirkan sikap zuhud terhadap dunia dan kecintaan kepada akhirat.

Ketaqwaan adalah benih tawakkal. Jika keduanya bertemu maka hati akan menjadi istiqomah.

Mengambil (memanfaatkan) karunia adalah persiapan untuk bertemu dengan istana yang diangankan. Jika keduanya bertemu maka seluruh kebaikan pada pertemuan keduanya, serta kejelekan pada perpisahan keduanya.

Benih dari ketinggian citacita adalah niat yang benar. Jika keduanya bertemu seorang hamba akan mencapai puncak keinginannya.

Sabtu, 28 Agustus 2010

Makanan hari raya ahli kitab haram

Ibnu Taimiyah berkata: “Hewan sembelihan ahli kitab yang mereka peruntukkan bagi hari-hari raya mereka dan sembelihan yang mereka gunakan untuk sesaji seperti halnya sembelihan kaum muslim untuk ibadah haji dan kurban. Sembelihan ini dilakukan guna melaksanakan ibadah mereka kepada Allah. Sebagai contohnya adalah sembelihan kaum Nasrani untuk ‘Isa Al-Masih dan ibundanya Maryam.”

Berkaitan dengan hal ini ada dua riwayat Imam Ahmad yang terkenal, beliau berkata: “Bahwa tidak dibenarkan makan sembelihan semacam itu, sekalipun ketika menyembelihnya mereka tidak menyebut nama selain Allah.” Larangan makan sembelihan semacam itu diriwayatkan dari ‘Aisyah dan dari ‘Abdullah bin ‘Umar sebagaimana kata Al Maimuni: “Saya bertanya kepada Abu ‘Abdullah tentang sembelihan ahli kitab.” Ia menjawab: “Jika mereka menyembelih untuk gereja-gereja mereka (atau untuk hari raya mereka), maka sembelihan itu tidak halal.” Lalu ia berkata: “Mereka secara dhahir menyebut nama Allah, tetapi sebenarnya mereka menyembelih hewan-hewan itu dipersembahkan untuk Al Masih (Yesus).”

Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Walid bin Muslim dari Auza‘i, ia berkata: “Saya bertanya kepada Maimun tentang sembelihan kaum Nasrani untuk hari-hari raya mereka dan untuk gereja-gereja mereka, maka ia melarang memakannya.” Ahmad bin Hambal berkata, saya mendengar Abu ‘Abdullah berkata: “(Sembelihan ahli kitab untuk hari raya mereka) tidak boleh dimakan, karena sembelihan tersebut termasuk sembelihan sesaji bukan sembelihan karena Allah, tetapi sembelihan mereka selain itu halal dimakan. Allah hanya menghalalkan sembelihan mereka selama disebut nama Allah.” Allah berfirman pada surah Al An‘aam ayat 121: “Dan janganlah kamu sekalian makan sembelihan yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya.”

Dan firman-Nya pada surah Al Maidah ayat 5: “Dan semua sembelihan untuk berhala (diharamkan).”

Maka semua sembelihan yang diperuntukkan bagi sesaji, dagingnya tidak boleh dimakan.

Ahmad bin Hambal juga berkata, jika ada yang bertanya, bagaimana bila ketika menyembelihnya mereka menyebut nama-nama selain Allah, misalnya mereka mengucapkan: “Dengan nama Al Masih” atau ucapan lain semacam itu, maka haramnya sudah jelas. Adapun kalau mereka tidak menyebut nama siapapun, akan tetapi dalam hati merekabintang dan lain sebagainya, maka apa alasan mengaharamkan sembelihan semacam itu?

Jawabnya: “Telah disebutkan adanya isyarat semacam itu, yaitu bahwa Allah telah mengharamkan sembelihan yang diperuntukkan bagi berhala. Sembelihan semacam itu diharamkan sekalipun sembelihan ahli kitab. Kalau sembelihan yang diperuntukkan bagi berhala adalah haram, maka sembelihan yang diperuntukkan bagi yang lain juga haram.”

Akan tetapi, dibolehkannya makan sembelihan ahli kitab, menunjukkan bahwa sembelihan kaum musyrik haram. Sembelihan untuk berhala disebut secara khusus menunjukkan adanya hukum lain pada sembelihan untuk berhala.

Sesungguhnya telah jelas, larangan makan hewan yang disembelih untuk berhala dan untuk selain Allah. Sembelihan ahli kitab untuk selain Allah juga diharamkan karena termsuk dalam pengertian sembelihan untuk selain Allah. Apabila seorang ahli kitab menyembelih hewan untuk berhala,misalnya untuk sesaji pada berhala yang ada pada gereja-gereja mereka, maka sembelihan tersebut termasuk sembelihan untuk berhala. Hukum makan sembelihan semacam itutidak berbeda dengan hukum mendatangi berhala-berhala.

Sungguh hal tersebut diharamkan, karena menyembelihhewan semacam ini dimaksudkan untuk memberi persembahan kepada berhala dan mengagungkannya. Berhala-berhala ini terkadang berupa ashnam (patung) dan terkadang berupa benda lain.

Mukhtarat Iqtidha’ Ash-Shirathal Mustaqim
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Translator

English French German Spain Italian

Dutch Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Ayat Untuk Anda

free counters

Cari Uang

Sekilas Admin

Foto Saya
Resna Tazkiyatunnafs
Arek Jawa Timur (Magetan-Madiun) Indonesia, yang sedang asyik blogging dan belajar di STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara)
Lihat profil lengkapku